Liputanjatim.com – Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) meminta Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais untuk mundur dai jabatannya karena dianggap sudah melanggar prinsip-prinsip dasar pendirian partai, salah satunya berkoalisi dengan partai yang ingin kembali mengembalikan kekuatan orde baru. Desakan permintaan mundur tersebut disampaikan melalaui surat terbuka teranggal 26 Desember 2018.
Surat terbuka untuk Amien Rais tersebut ditandatangani oleh lima pendiri PAN, diantaranya adalah Abdillah Toha, Goenawan Mohammad, Zumrotin, Toeti Heraty dan Albert Hasibuan. “Iya benar. Yang menulis Pak Abdillah Toha. Kami semua menandatangani,” terang Goenawan, Rabu (26/12/2018).
Manuver-manuver politik yang dijalankan Amien Rais sudah dianggap tidak sejalan dengan kondisi kehidupan politik kekinian Indonesia. Terlebih lagi, sebagai tokoh yang ikut menggulingkan orde baru pada tahun 1998, Amien Rais saat ini justru berkoalisi dengan politisi yang ingin mengembalikan kekuatan orde baru dalam perpolitikan Indonesia.
Berikut ini isi surat terbuka tersebut:
Surat Terbuka untuk Amien Rais
Saudara Amien Rais yang kami hormati,
Setelah memerhatikan perkembangan kehidupan politik di negeri kita Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini, khususnya kiprah Saudara sendirian ataupun bersama Partai Amanat Nasional (PAN), kami sebagai bagian dari penggagas dan pendiri PAN merasa bertanggung jawab dan berkewajiban membuat pernyataan bersama di bawah ini demi mengingatkan akan komitmen bersama kita pada saat awal pendirian partai sebagai berikut:
1. PAN adalah partai reformasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan menegakkan demokrasi setelah 32 tahun di bawah kekuasaan absolut orde baru yang korup dan otoriter.
2. PAN adalah partai yang berazaskan Pancasila dengan landasan nilai-nilai moral kemanusiaan dan agama
3. PAN adalah sebuah partai modern yang bersih dari noda-noda orde baru dan bertujuan menciptakan kemajuan bagi bangsa.
4. PAN adalah partai terbuka dan inklusif yang memelihara kemajemukan bangsa dan tidak memosisikan diri sebagai wakil golongan tertentu.
5. PAN adalah partai yang percaya dan mendukung bahwa setiap warga negara berstatus kedudukan yang sama di depan hukum dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, tidak mengenal pengertian mayoritas atau minoritas.
Dengan menggunakan kacamata prinsip-prinsip PAN tersebut di atas, kami mendapatkan kesan kuat bahwa Saudara Amien Rais (AR) sejak mengundurkan diri sebagai ketua umum PAN sampai sekarang, baik secara pribadi maupun mengatasnamakan PAN, sering kali melakukan kiprah dan manuver politik yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip itu.
– Saudara makin lama makin cenderung eksklusif, tidak menumbuhkan kerukunan bangsa dalam berbagai pernyataan dan sikap politik saudara.
– Saudara sebagai tokoh reformasi yang ikut berperan dalam mengakhiri kekuasaan orde baru, telah bersimpati, mendukung, dan bergabung dengan politisi yang beraspirasi mengembalikan kekuatan orde baru ke kancah politik Indonesia
– Saudara telah menjadikan agama sebagai alat politik untuk mencapai tujuan meraih kekuasaan.
– Saudara sebagai ilmuwan ilmu politik telah gagal mencerdaskan bangsa dengan ikut mengeruhkan suasana dalam negeri dalam menyebarkan berita yang jauh dari kebenaran tentang kebangkitan PKI di negeri kita.
– Saudara sebagai orang yang berada di luar struktur utama PAN terkesan berat menyerahkan kepemimpinan PAN kepada generasi berikutnya dengan terus menerus melakukan manuver politik yang destruktif bagi masa depan partai.
Atas dasar pertimbangan semua itu, kami
sebagai bagian dari pendiri PAN yang bersama saudara saat itu meyakini
prinsip-prinsip yang akan kita perjuangkan bersama, menyampaikan surat terbuka
ini sebagai pengingat dari sesama kawan.
Untuk itu barangkali sudah saatnya Saudara mengundurkan diri dari kiprah
politik praktis sehari-hari, menyerahkan PAN sepenuhnya ke tangan generasi
penerus, dan menempatkan diri Saudara sebagai penjaga moral dan keadaban bangsa
serta memberikan arah jangka panjang bagi kesejahteraan dan kemajuan negeri
kita.
Salam hormat dari kami semua,
Jakarta, 26 Desember 2018
Abdillah Toha
Albert Hasibuan
Goenawan Mohammad
Toeti Heraty
Zumrotin