Liputanjatim.com – Dampak dari kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan beberapa petani di Jawa Timur mengalami kerugian hingga jutaan rupiah perbulan. Seperti petani stroberi di wilayah utara Kabupaten Blitar.
Hal ini diakui oleh salah satu petani stroberi Erna Setyowati, asal Dusun Tunggorono, Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Menurutnya, baru di tahun ini kekeringan yang mengakibatkan pengairan di lahan pertaniannya susah mendapatkan akses air.
“Baru tahun ini kekeringan. Air sumurnya Cuma sedikit keluarnya. Harus dibagi rata. Jadi tanamannya kurang minum, buahnya jadi kerdil,” ungkap Erna pada awak media, Selasa (29/10/2019).
Tidak hanya itu saja, usaha Erna untuk menggali lubang sumur bor hingga sedalam 15 meter terasa sia-sia. Air tidak jua muncul dari lubang sumur tersebut.
Selain itu, di lahan seluas setengah hektare itu tampak stroberi milik Erna tumbuh kecil-kecil. Selain itu, selang biru sepanjang 20 meter tempat pengairan di lahan pertanian stroberinya juga mengeluarkan air sedikit dan tidak cukup mengairi lahan seluas itu.
Padahal, jika kondisi hujan dalam keadaan normal, wilayah tersebut merupakan penopang stok stroberi untuk wilayah Batu dan Malang. Namun karena tanaman kekurangan air, hasil panennya turun tajam.
“Biasanya per minggu saya bisa panen sekitar 40 kg. Ini sejak sebulan lalu, sekalinya panen hanya 10 kg,” keluh Erna.
Senada dengan Erna, petani stroberi Yono dari kecamatan Doko juga mengeluhkan perihal masalah ini. Menurutnya, sejak kemarau penghasilannya dari stroberi tersebut mengalami penurunan.
“Dari petani kami jual hasil panenan ini Rp 40 ribu per kilogram. Panen seminggu sekali itu, bisalah dapat uang Rp 1,6 juta. Lha karena ini sekali panen hanya 10 kg, ya kami dapatnya hanya Rp 400 ribu. Jadi kerugiannya Rp 4,8 juta tiap bulan,” tandasnya.