Liputanjatim.com – Cawali Surabaya yang diusung PDIP Eri Cahyadi mulai menyapa sejumlah kalangan. Salah satunya, Cawali Surabaya itu bertemu dengan para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Alim Markus, Ketua Persatuan Perusahaan Real Estaet Indonesia (REI) Totok Lusida, dan sekitar 100 pengusaha terkemuka Kota Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, Eri berjanji akan terus mempertahankan Kota Surabaya sebagai kota yang ramah dengan dunia usaha. Mengingat, efek pandemi Covid-19 yang hampir meluluhlantakkan dunia usaha.
“Saya berkomitmen untuk mempertahankan Surabaya sebagai kota yang ramah dunia usaha. Apalagi dalam konteks menghadapi dampak pandemi Covid-19, butuh sinergi pemerintah dan dunia usaha. Sehingga kita bisa buka kembali lapangan kerja untuk rakyat,” kata Eri dhadapan ratusan pengusaha terkemuka, Novotel Surabaya, Jumat (11/9/2020).
Baca Juga : https://www.liputanjatim.com/update-perkembangan-covid-19-enam-daerah-menjadi-zona-merah/
Selain itu, birokrat yang telah belasan tahun mengabdi pada Pemkot Surabaya itu juga menyampaikan gagasannya untuk menjadikan Surabaya sebagai kota dengan ekosistem bisnis berstandar dunia.
“A World-Class Business Environment, itulah Surabaya ke depan. Ekosistem bisnis d Surabaya harus kelas dunia. Apa saja itu ekosistem bisnis? Mulai dari SDM, infrastruktur, sistem perizinannya, kesiapan tenaga kerja, dukungan pemerintah dan sebagainya. Semuanya harus berkelas dunia. Kemudahan berbisnis Surabaya terus kita tingkatkan,” tambahnya.
Tak lupa, Eri Cahyadi menyampaikan rasa terima kasih kepada para pelaku usaha yang telah menggerakkan roda ekonomi masyarakat kota Pahlawan. Berkat investasi kalangan dunia usaha tersebut, lapangan pekerjaan terbuka.
Untuk itu, sinergi antara pemerintah dengan dunia usaha sangat dperlukan untuk memajukan daerah Surabaya.
“APBD Surabaya ini sekitar Rp 10 triliun. Tapi PDRB Surabaya Rp 580 triliun. Artinya, ekonomi masyarakat yang dalamnya ada peran pengusaha jauh lebih besar dbandingkan kemampuan fiskal pemerintah. Artinya pula, ekonomi masyarakat akan jeblok jika dunia usaha juga jeblok. Inilah pentingnya membangun sinergi pemerintah dan dunia usaha, agar ekonomi rakyat terangkat,” papar Eri.
Eri menambahkan, ada dua paradigma pemerintah dalam memandang dunia usaha. Pertama, paradigma direct income, yaitu dunia usaha hanya dipandang sebagai kontributor PAD.
Kedua, paradigma indirect income, yaitu memandang dunia usaha sebagai penggerak perekonomian yang bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat.
“Saya memilih tidak memandang setiap aktivitas dunia usaha sebagai unit penerimaan yang harus memberi PAD ke pemerintah. Tapi kita tekankan bahwa aktivitas dunia usaha memberi indirect income, yaitu rakyatnya sejahtera, pendapatan warga melonjak, lapangan pekerjaan terbuka, rakyat bahagia. Itulah tujuan kita kedepan, sehingga mari bergandengan tangan terus memajukan Surabaya,” pungkasnya.