Surabaya, Liputanjatim.com – Dalam menjalin hubungan keluarga, keharmonisan adalah salah satu kunci suksenya. Jika hal itu diabaikan, tak pelak jika kehancuran rumah tangga akan menghampiri. Seperti apa yang dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) Karin (34) dan Donjuan (35). Hubungan mereka diambang perceraian setelah Donjuan ketahuan bermain judi oleh istrinya karin.
Keputusan karin yang sudah bulat untuk menceraikai Dounjuan menafikkan bagaimana nasib dia bersama kedua anaknya. Yang ada dalam fikirannya adalah bagaimana dia lepas dari kebiasaan Dounjuan yang sering kali kumat-kumatan bermain judi. “Itu penyakit yang susah sembuh. Kalaupun sembuh lama,” ungkap Karin saat menunggu sidang pertamanya di Pengadilan Agama Kelas 1A Surabaya Jumat (22/12/17).
Ada hal yang masih bisa disyukuri oleh Karin, yaitu masih belum banyak uang dan barang yang di habiskan Dounjuan untuk bermain judi. “Saya sudah bersabar enam bulan lalu. Dia memang tidak bisa diberitahu. Hanya ini jalan satu satunya,” ujar warga Kaliasin ini.
Karin mengungkapkan, sejak bujang Dounjuan memang sudah memilki kebiasaan berjudi. Bagaimana tidak, rata-rata temannya adalah pegiat judi. Tak pelak, kebiasaan tersebut sulit hilang dari Dounjuan. Bahkan temannya ada yang sampai masuk bui gara-gara kebiasaan buruk tersebut. “Untung saja suami saya waktu itu tidak ikutan. Kalau sampai tertangkap,boyok kabeh,” tutur Karin.
Sejak peristiwa satu tahun yang lalu itu, Dounjuan kapok bekerja ke luar kota untuk menghindari kebiasaan buruk yang dilakukannya sebelumnya. Sampai akhirnya ia pulang sekitar enam bulan yang lalu dan kerjaannya pindah kesurabaya. Dia hanya say hello ketika bertemu dengan kawan lamanyya itu.
Walaupun sudah menghindari kebiasaan buruknya, Karin tetap memperingatkan jangan sampai main judi lagi, apapun alasannya. Bahka dia sudah pasang mata-mata agar bisa memantau suaminya yang diberi upah uang rokok dan kopi secukupnya.
Dan hal tersebut kelihatannya cukup ampuh untuk mencegah suaminya kembali bermain judi. Dua bulan berlalu Donjuan bisa menunjukkan komitmennya. Kalau pun pamit ngopi, dia tak pernah pulang terlalu malam.
Sampai akhirnya Karin diberitahu oleh kerabatnya jika Donjuan sedang asyik main kartu remi di belakang warung kopi milik tetangganya. “Munafik benar-benar munafik. Itu sudah tidak bisa dimaafkan,” kata Karin.
Dengan penuh emosi perempuan ini mendatangi tempat suaminya berjudi. Remi, duit dan perlengkapan lain diobrak-abrik Karin. Layakya mirip obrakan polisi. Donjuan pun tak bisa berkutik, dan teman-temannya memilih lari menyelamatkan diri.
“Dia ngakunya hanya untuk senang-senang. Taruhannya paling banter sepuluh ribu. Tapi nanti juga keterusan kalau dibiarkan,” ujar Karin.
Sesampai di rumah mereka bertengkar, tak ada yang mau mengalah. Donjuan pun sumpek dan keluar rumah. Lelaki ini memilih tinggal di mess kantornya.
Kesempatan ini digunakan Karin untuk mengajukan gugatan cerai. Donjuan pun kelabakan begitu dapat panggilan sidang pertama. “Sekarang zaman modern, emansipasi. Perempuan jangan dibuat mainan. Rasakno saiki kowe,” tegas Karin [aw]