Angka Produksi Kedelai Lesu di Jatim, Ongkos Produksi dan Impor Jadi Penyebab

Gudang bulog untuk kedelai lokal

Liputanjatim.com – Hasil produksi kedelai di Jawa Timur mengalami penuruan hingga 50 persen di tahun ini. Hal itu disebabkan oleh kurang minatnya petani untuk menanam kedelai dan faktor impor.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo mengungkapkan kurangnya minat petani untuk menanam kedelai dikarenakan ongkos produksi yang tidak sebanding dengan hasil panen. Selain itu, kualitas impor kedelai yang lebih baik turut menjadi faktor lesunya produksi kedelai di Jatim.

“Karena harga jual yang tidak mendukung, maka budidaya kedelai jarang dilakukan pengelolaan tanaman secara terpadu. Sehingga dampaknya kualitas hasil panen kurang optimal,” ungkap Hadi saat dikonfirmasi wartawan, Senin (6/1/2020).

“Sementara di sisi lain kualitas kedelai impor lebih bagus. Kondisi ini membuat produksi kedelai lokal semakin kurang diminati,” timpalnya.

Penurunan angka produksi kedelai setiap tahunnya mengalami penyusutan yang signifikan. Di tahun 2018, Jatim mampu memproduksi kedelai hingga 0,24 juta ton. Dan mengalami penurunan sebesar 0,12 juta ton di tahun 2019. Padahal, kebutuhan kedelai jatim masih di angka 0,44 juta ton.

Turunnya angka produksi kedelai turut memperlebar defisit kedelai. Pada 2019, defisit kedelai Jatim mencapai 0,33 juta ton dibanding tahun sebelumnya yang hanya berada di angka 0,20 juta ton.

Penurunan produksi tersebut, menurut Hadi, juga diakibatkan oleh menyusutnya lahan produksi petani di Jatim.

“Selama lima tahun terakhir luas panen turun 10,1 persen, yang membuat produksi menurun 0,83 persen,” tambah Hadi.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, hingga 2018, luas lahan kedelai di Jawa Timur mencapai 200 ribu hektar, dengan produktivitas 14,44 kuintal per hektar. Rata-rata produksi kedelai di Jatim selama lima tahun terakhir sekitar 301.031 ton ose, sementara kebutuhan konsumsi mencapai 447.912 ton ose.

Namun, untuk tahun ini Pemprov Jatim mematok target pengembangan produksi kedelai mencapai 254.317 ton. Beberapa terobosan dilakukan seperti kerja sama dengan pihak terkait perluasan area tanam. Kemudian melakukan pola tumpang sari, serta mendorong industri olahan untuk memanfaatkan kedelai lokal.

“Kami mendorong semua pihak memanfaatkan kedelai lokal,” pungkasnya.    

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here