Liputanjatim.com – Wabah Covid-19 memberikan dampak yang nyata bagi pedagang hewan kurban di tahun ini. Jika di tahun sebelumnya penjualan herwan kurban melesat naik, namun kali ini penjualannya anjlok meski harga naik.
Salah satu pedagang sapi yang merasakan dampak tersebut adalah Khoirul Amin (49), dari Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Paterongan, Jombang. Menurutnya, sejak pandemi penjualan sapi menurun drastis.
“Adanya pandemi corona saat ini membuat permintaan sapi jauh berkurang. Karena banyak masyarakat perorangan maupun lembaga yang biasanya kurban, tahun ini tidak kurban,” kata Khoirul kepada awak media, Kamis (16/7/2020).
Tidak hanya itu saja, manisnya momentum jelang lebaran haji bagi pedagang sapi seperti Khoirul tidak lagi dirasakan pada tahun ini. Di tahun lalu, menurut Khoirul, dirinya bisa mengirim hingga 150 ekor sapi ke Bandung dan Surabaya.
Namun gegara Covid, dirinya hanya bisa mengirim hingga 50 ekor saja. Ditambah anjloknya penjualan sapi kurban terjadi baik terhadap permintaan lokal di Jombang maupun pengiriman ke luar daerah.
“Permintaan lokal untuk kurban biasanya 45 ekor, sekarang baru 11 ekor saja,” tambahnya.
Sebetulnya, menurut Khoirul, harga sapi kurban naik hingga 10 persen. Tentu, kenaikan harga tersebut sejalan dengan mahalnya harga pakan akibat tersendatnya impor.
Saat ini, harga sapi kurban berada di kisaran Rp 17,5 juta sampai Rp 80 juta/ekor, dengan bobot yang beragam dari 280 kg sampai di atas satu ton.
“Harga sapi cenderung naik karena bahan pakan yang impor biasanya lancar menjadi tersendat. Kenaikan rata-rata di pasar Rp 1-1,5 juta per ekor,” pungkasnya.