Liputanjatim.com – Katagorisasi metode pendidikan yang ada di pondok pesantren bisa menjadi referensi Fraksi PKB DPRD Jawa Timur dalam menyusun naskah akademik raperda pondok pesantren yang diusulkan. Katagorisasi metode pendidikan pesantren menjadi penting karena metode pembelajaran di setiap pondok pesantren di Jawa Timur berbeda-beda.
Anggota Fraksi PKB DPRD Jawa Timur Ahmad Tamim menceritakan awal metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren. Menurut pria yang biasa disapa Gus Tamim, pola atau gaya pendidikan yang ada di pesantren sebenarnya mengdopsi pendidikan yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhamamad SAW.
Awalnya, asshabussuffah atau para murid Nabi ini tinggal di serambi masjid untuk menghabiskan waktu belajar kepada Nabi. Murid-murid ini begitu total untuk belajar agama kepada Nabi sehingga memilih untuk tinggal di teras masjid. Hal ini kemudian yang menjadi rujukan para kiai dan identik dengan peran para kiai sekarang menjadikan masjid sebagai simbol pendidikan pesantren.
“Sehingga para santri dipastikan akan mendapatkan dua hal yang penting sekaligus, pertama pendidikan ubudiyah dan kedua pendidikan madrosiyah,” jelas Wakil ketua DPW PKB Jawa Timur itu. Ubudiyah adalah pengamalan ajaran agama berdasarkan tuntunan Nabi seperti ibadah, tirakat, ngaji bandongan (memaknai/menerjemahkan kitab kuning) dan sorokan yang diikuti oleh seluruh santri dengan tabarrukan. Sedangkan Madrosiyah adalah metode pendidikan dengan pola klasikal, pembagian tingkatan pendidikan untuk para santri.
Untuk Jawa Timur, metode pembelajaran disetiap pesantren salaf berbeda-beda, namun tetap memiliki karakteristik yang sama. Karakteristik dari pesantren salaf (tradisional) diantaranya pengajian yang terbatas pada kitab salaf (kitab kuning), intensifikasi musyawarah (bahtsul masail), berlakunya sistem madrosiyah dengan pola klasikal.
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mencetak generasi muda bangsa untuk menjadi hamba-hamba Tuhan yang soleh/bertaqwa kepada Tuhan. Karena itu, sistem pendidikan yang ada dipesantren lebih mengutamakan ketauladanan dari pada pengajaran.
“Pesantren adalah lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan lisaanul khaal daripada lisasanul maghool (memberi contoh langsung lebih baik dari pada sekedar teori),” ungkapnya.[ct]