Liputanjatim.com – Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Drs Haryadi meragukan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Poltracking terkait dengan Pilgub Jawa Timur 2018. Dalam simulasi dengan kertas suara, hasil survei menunjukkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak berada di peringkat pertama dengan 42,4 persen. Sedangkan kandidat nomor urut 2, Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno memperoleh 35,8 persen dan 21,8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Hasil survei tersebut meragukan terkait akseptabilitas dan popularitas Cawagub Khofifah, Emil Dardak. Karena popularitas Emil Dardak mencapai 44,5 persen sedangkan tingkat akseptabilitasnya lebih tinggi yakni 44,9 persen. Hal tersebut kemudian menimbulkan tanda tanya akademisi unair.
“Agak anehnya adalah soal data akseptabilitas Emil Dardak yang lebih tinggi dari popularitasnya. Ini sesuatu yang aneh. Di mana-mana, tingkat akseptabilitas itu di bawah atau maksimal sama dengan popularitasnya. Ibarat kata tak kenal maka tak sayang,” katanya dilansir merdeka.com, Minggu (18/3).
Kecurigaan adanya ketidakberesan dengan hasil tersebut akhirnya terjawab sudah. Setelah ditelusi dan ditelaah track recordnya. Lembaga survei Poltracking merupakan lembaga survei langganan Partai Demokrat, partai pengusung utama Pasangan Khofifah-Emil.
“Poltracking itu kan memang langganan Partai Demokrat, nah dengan hasil temuan tadi (Akseptabilitas Emil lebih tinggi dari pada popularitasnya) Saya agak meragukannya,” terangnya.
Pengamat politik itu kemudian juga menunjukkan terjadinya pertarungan yang sangat ketat antara Khofifah dan Gus Ipul. Hal itu terlihat dari tingginya Undecided Voters (belum menentukan pilihan) di Pilgub Jatim. “Masih sangat ketat karena Undecided Voters dan Swing Voters juga tinggi. Tetapi dengan melihat angka akseptabilitas Emil lebih tinggi dari pada popularitasnya tadi, maka survei ini sebaiknya tidak dipercaya 100 persen,” ujarnya.[Yac]