
Liputanjatim.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat lonjakan drastis kejadian bencana di wilayahnya pada tahun 2024. Berdasarkan data BPBD Jatim, jumlah bencana yang terjadi meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2021 tercatat 310 kejadian bencana, angka ini menurun menjadi 244 kejadian di tahun 2022 dan turun lagi menjadi 118 di tahun 2023. Namun, di tahun 2024, jumlahnya melonjak drastis menjadi 393 kejadian.
“Selain jumlah kejadian yang meningkat, jumlah korbannya juga meningkat, dari 6 orang menjadi 26 orang,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto.
Menurut Gatot, kondisi lingkungan di Jawa Timur semakin rawan terhadap berbagai jenis bencana, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan tanah gerak. Fenomena ini semakin mengkhawatirkan dengan meningkatnya permintaan survei pemetaan tanah gerak dari berbagai daerah yang menandakan adanya potensi pergerakan tanah yang berbahaya.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Jatim bersama Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) menggelar Rapat Koordinasi selama dua hari. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari 80 organisasi relawan yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Dadang Iqwandy, turut mengajak para relawan SRPB untuk melakukan aksi nyata dalam pengurangan risiko bencana. Aksi tersebut mencakup kegiatan bersih-bersih sungai dan penanaman pohon guna menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi potensi bencana alam.
“Aksi ini juga menjadi bagian dari persiapan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang akan dilangsungkan di Jawa Timur sekitar bulan Oktober mendatang,” ujar Dadang.