Liputanjatim.com – Impian Tsaniyya Asmara Sutjipto (26) untuk melangkah ke pelaminan bersama kekasihnya harus kandas di ujung jalan. Setelah enam tahun menjalin hubungan asmara, Tsaniyya ditinggalkan calon suaminya berinisial A pada hari pernikahan mereka. Tragisnya, A diketahui telah menghamili perempuan lain.
Kisah cinta Tsaniyya dan A bermula sejak masa perkuliahan. Mereka adalah teman sekelas yang kemudian menjalin hubungan asmara. Selama enam tahun, pasangan ini melewati berbagai suka dan duka bersama, hingga akhirnya memutuskan untuk membawa hubungan tersebut ke jenjang pernikahan. Namun, rencana indah yang telah dirancang itu berakhir pahit.
“Tepatnya bulan April lamaran. Lalu memutuskan bulan Desember menikah,” kata Tsaniyya warga Tambaksari Surabaya, Kamis (9/1/2025).
Selama menjalin hubungan 6 tahun itu, Tsaninyya merasa tidak ada masalah dan mereka jarang bertengkar. Menurut Tsaniyya, A adalah orang yang pendiam, tidak banyak omong, tidak banyak tingkah, dan setia.
Tapi pada akhir Oktober, hatinya dibuat hancur. Laki-laki yang dia cintai dan tak pernah menunjukkan ada tanda-tanda selingkuh itu ternyata mengaku telah menghamili perempuan lain. Tsaniyya masih bisa menerimanya dan berharap pernikahan tetap dilanjutkan.
“Dia menyatakan bahwa dia menghamili perempuan. Di situ aku masih mau menerima dia, lanjut pernikahan. Nanti setelah acara atau setelah hari H terserah dia, mau cerai atau apa. Saat itu posisi sudah Oktober akhir, hari H kurang sebulan. Itu baru ngomong kalau ternyata menghamili perempuan lain. Setelah itu kita berdua sepakat pernikahan lanjut,” ceritanya.
Namun, Kamis 26 Desember 2024 atau pada H-3 pernikahan yang mana di rumah Tsaniyya sedang digelar walimahan atau pengajian, A tidak hadir tapi malah pergi ke rumah perempuan yang dihamili.
Tsaniyya dan orang tuanya pun diminta datang ke rumah A. Ternyata di rumah A sudah ada orang tua perempuan yang dihamili mengaku baru tahu kehamilan itu dan meminta pertanggungjawaban.
“Saat itu banyak perdebatan, akhirnya si cowok ini (mantan calon suaminya, A) mengiyakan kalau acara pernikahan tetap berjalan. Dia sudah tanda tangan di atas meterai. Tanda tangan beberapa saksi orang tua dan keluarganya, dan keluargaku. Ada fotonya juga saat dia menulis surat,” katanya.
Pernikahan sudah direncanakan pada Minggu, 29 Desember 2024. Ijab kabul dilaksanakan pagi hari, kemudian resepsi digelar siang. Tsaniyya menceritakan bahwa dirinya masih sempat berkomunikasi dengan A sehari sebelum hari yang memilukan itu.
A masih sempat mengirimkan rekaman suara latihan ijab kabul. Kemudian Sabtu malam pukul 22.30 WIB, A masih meneleponnya untuk mengingatkan fotokopi KTP saksi saat ijab kabul.
Bahkan detik-detik menjelang Hari H pernikahan yang membuat Tsaniyya gelisah, sulit tidur, yakni pada Minggu pagi sekitar pukul 03.00 WIB, A masih bisa dihubungi melalui pesan WhatsApp. Satu jam kemudian Tsaniyya sudah tidak bisa mengirimkan pesan. Dia berusaha menelepon A tapi selalu ditolak.
“Lalu nggak bisa dihubungi. Hari itu semua sudah disiapkan. KUA dan lain-lain, akhirnya keluarga saya saat KUA dan penghulu datang terpaksa membatalkan akad karena tidak ada mempelai pria. Saat naik ke panggung (resepsi) digantikan sepupu saya,” ujarnya.
Pada saat resepsi itu digelar di sebuah gedung di Surabaya, orang tua A datang dan menyebutkan bahwa anaknya tidak kembali pulang usai pamit membeli nasi goreng. Bermaksud bertanggung jawab orang tua A tetap bersedia untuk dirias dan berdiri di atas panggung layaknya pesta pernikahan umumnya.
“Waktu saya telepon (A) subuh (dan tidak diangkat), saya hubungi orang tuanya. Katanya nggak pulang setelah pamit beli nasi goreng. Nggak balik sampai sekarang,” kata Tsaniyya yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara itu.
“Orang tuanya datang di atas panggung. Seolah-olah nggak ada apa-apa. Seperti pengantin biasa ada laki-laki dan perempuan, tapi pengantinnya yang beda (digantikan sepupu),” pungkasnya.