Liputanjatim.com – Inflasi di Kota Malang pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,46 persen secara month-to-month (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Surabaya dan rata-rata nasional yang berada di angka 0,44 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi.
“Kelompok ini memberikan andil sebesar 0,40 persen terhadap inflasi Kota Malang pada Desember 2024,” ujar Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin, Kamis (2/1/2025).
Beberapa komoditas utama yang memicu kenaikan inflasi adalah telur ayam, yang mengalami kenaikan harga sebesar 10,06 persen dan memberikan kontribusi sebesar 0,10 persen terhadap inflasi. Selain itu, bawang merah naik 26,37 persen dan cabai merah sebesar 0,6 persen juga turut memengaruhi angka inflasi.
Menurut Umar, kenaikan harga ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama libur akhir tahun yang tidak diimbangi dengan ketersediaan stok di pasaran. “Memang secara tahunan, komoditas pangan selalu menyumbang inflasi pada bulan Desember,” jelasnya.
Di sisi lain, inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2024 tercatat sebagai yang terendah dalam satu dekade terakhir, yaitu sebesar 1,36 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi yoy tahun 2023 yang mencapai 2,56 persen, maupun pada tahun 2014 sebesar 8,14 persen.
Umar juga menyoroti adanya deflasi kecil pada komoditas beras, yang harganya turun rata-rata 0,21 persen dan memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,01 persen. “Stok beras yang mencukupi menjadi salah satu faktor penahan inflasi,” tambahnya.
Meski inflasi Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 0,22 persen, tren inflasi tahunan yang menurun menjadi sinyal positif bagi perekonomian Kota Malang.
BPS mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi fluktuasi harga pangan, terutama di akhir tahun yang biasanya dipengaruhi oleh pola konsumsi tinggi.