Liputanjatim.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan level Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau darurat global. Dengan adanya ini, Pemerintahan Kota Surabaya bergerak cepat melakukan antisipasi wabah Monkey Pox dengan edukasi kepada masyarakat.
Hingga saat ini, kasus Mpox di Surabaya dipastikan masih belum ada. Meski begitu, Pemkot Surabaya melakukan antisipasi dengan sosialisasi dan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat. Kewaspadaan ini ternyata sudah dilakukan sejak tahun 2023 dan kini ditingkatkan melalui OPD, kelurahan, kecamatan, puskesmas dan Rumah Sakit.
“Sudah kami sosialisasikan terkait manajerial kasus terkait gejala, cara penularan, hingga langkah pencegahan terkait Mpox. Kami juga bekerjasama dengan otoritas pelabuhan dan bandara, tujuannya untuk memperketat di pintu-pintu masuk seperti pelabuhan dan bandara,” ucap Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Moh Ashadi Mu’minin, Jumat (30/8/2024).
Dinkes juga meningkatkan kapasitas dan penguatan jejaring fasyankes untuk mendeteksi dini, pelatihan, dan pengendalian Mpox. Pelatihan yang dilakukan seperti rekam medis hingga peningkatan atau menyediakan peralatan yang diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit Mpox.
“Kami juga melakukan pengecekan, dan konfirmasi kasus 1×24 jam, itu harus dilaporkan. Nah, itu akan kita tindak lanjuti agar penanganannya lebih cepat,” ujarnya.
Ashadi menjelaskan sejak tahun lalu Dinkes melakukan pemantauan kasus Mpox secara berkala. Ia mengatakan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDS) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Jadi kita memantau melalui aplikasi ini, dan ini bisa dipantau oleh seluruh Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Kami juga melakukan diseminasi informasi kepada masyarakat secara masif, baik melalui media massa ataupun sosial media, tujuannya agar tidak timbul hoaks atau timbul kepanikan di masyarakat,” katanya.
Sementara Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RS Husada Utama, dr Ni Putu Susari Widianningsih menyebut ada beberapa upaya pencegahan penyakit Mpox. Menurutnya dengan menjaga pola hidup sehat dan mengolah makanan dengan baik dan benar.
“Penularan Mpox bisa melalui cairan tubuh, luka, hubungan seksual, droplet, hingga melalui bekas luka Mpox. Karena penularanya ini bisa dari hewan, dari makanan daging yang dimasak dengan cara tidak baik, kemudian juga bisa memperhatikan kesehatan hewan prliharaan,” kata dr Putu.
Ia menjelaskan bahwa gejala Mpox yang perlu diketahui oleh masyarakat ialah adanya pembesaran kelenjar getah bening dan terasa nyeri. Lanjut katanya, efeknye kemudian timbul ruam-ruam, hingga demam. Jika memiliki riwayat kontak atau bepergian, maka harus segera memeriksakan diri ke dokter.
“Kami harap terus waspada jika kemudian ada gejala. Selain itu kami harap pemerintah bisa memperluas testing untuk pemeriksaan terhadap orang-orang bergejala, dan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghambat penyebaran yang lebih luas lagi,” pungkasnya.