Ritual Tari Sodoran Suku Tengger, Simbol Pernikahan pada Hari Raya Karo di Probolinggo

Ritual tari sodoran pada hari raya karo pada balai desa wonotoro di Probolinggo.

Liputanjatim.com – Ritual Tari Sodoran Kabupaten Probolinggo digelar di tiga desa sebagai bagian dari perayaan Hari Raya Karo. Ritual ini merupakan tradisi Suku Tengger yang melambangkan simbol pernikahan dan persatuan antara dua keluarga.

Ritual Tari Sodoran itu digelar oleh Suku Tengger di Desa Ngadisari, Wonotoro dan Njetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pada Selasa (20/8/2024). Desa Wonotoro menjadi tuan rumah pada Tari Sodoran Tahun 1946 Saka.

Acara dimulai dengan pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan yang diperankan oleh Kepala Desa Wonotoro dan Kepala Desa Njetak. Dalam prosesi ini, rombongan mempelai laki-laki dari Desa Wonotoro membawa berbagai benda simbolis seperti Jimat Klontongan yang terbuat dari tanduk sapi, tempat air, serta bambu panjang yang menyerupai tombak. Semua perlengkapan tersebut kemudian dibawa masuk ke balai desa untuk melaksanakan ritual Tari Sodoran.

Menurut Sarwo Slamet ritual ini merupakan siklus manusia sebelum tumbuh berkembang. Ia mengatakan lagi bahwa ritul tersebut sebagi simbol terciptanya manusia yang diabadikan melalui Tari Sodoran.

“Hari Raya Karo ini merupakan simbol cikal bakal terjadinya manusia, melalui pernikahan dan menyatunya dua keluarga. Sehingga diabadikan lewat Tari Sodoran ini,” ucap Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet.

Sebelum melaksanakan Ritual Tari Sodoran, kata Kades itu bahwa dimulai dengan pembacaan doa oleh Dukun Pandita. Lalu dilanjutkan Tari Sodoran yang masing-masing pemeran mempelai menari secara bergantian.

“Tari Sodoran ini diperagakan oleh dua pasangan, pemeran mempelai laki-laki dari Desa Wonotoro, saya sendiri dan mempelai wanita itu Kades Njetak, dan secara bergantian menari,” katanya.

Di tengah ritual Tari Sodoran, kaum ibu-ibu dan remaja perempuan dari Desa Wonotoro, Njetak dan Ngadisari datang membawa bekal makanan untuk diberikan kepada kaum laki-laki yang melaksanakan ritual Tari Sodoran.

Ia menegaskan bahwa Desa Wonotoro, sebagai tuan rumah pada acara Tahun 1946 Saka, menunjukkan betapa ritual ini merupakan momen yang sangat dihargai dalam komunitas Tengger. Ritual Tari Sodoran ini tidak hanya menjadi upacara budaya yang penting, tetapi juga merupakan cara bagi masyarakat Suku Tengger untuk merayakan dan mempertahankan tradisi mereka yang kaya.

“Diharapkan kami dapat lebih mengenalkan lagi ritual Tari Sodoran ini, terlebih mengenalkan kepada anak cucu kita agar, kesepian tradisi ini dapat dilestarikan,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here