Mongol Tak Bisa Taklukan Jawa, Taktik Raden Wijaya Berhasil Pukul Mundur

Gambar ilustrasi raden wijaya/@netizenword

Liputanjatim.com – Raden Wijaya dibantu pasukan dari Arya Wiraraja berhasil menaklukkan Tentara Tartar. Pasukan itu terkenal sulit ditaklukkan terpaksa kalah dalam sebuah pertempuran di Pulau Jawa. Armada laut dan kekuatan pasukan Tartar Mongol berhasil dilumpuhkan.

Di pantai, armada pasukan Jawa yang dipimpin oleh Rakryan Mantri Arya Adikara juga menghancurkan sejumlah kapal Mongol. Pasukan Mongol mundur secara kacau, karena angin muson yang dapat membawa mereka pulang akan segera berakhir, sehingga mereka terancam terjebak di Pulau Jawa untuk enam bulan berikutnya.

Setelah semua pasukan naik ke kapal di pesisir, mereka bertarung di laut dengan armada Jawa. Armada pasukan Jawa pun berhasil menghalau mereka untuk berlayar ke Quanzhou selama 68 hari. Akibat dari serangan itu, pasukan Mongol kehilangan 3.000 prajurit terbaiknya, dengan total 12.000-18.000 terbunuh, dengan jumlah orang yang ditawan tidak diketahui dan sejumlah kapal hancur.

Pada Juni 1293, pasukan tersebut tiba di Cina, dikutip dari “Sandyakala di Timur Jawa 1042 – 1527 M : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit”. Mereka membawa anak-anak Jayakatwang dan beberapa perwiranya, yang berjumlah lebih dari 100. Mereka juga memperoleh peta negara, catatan populasi, dan sebuah surat dengan huruf emas yang dituliskan oleh sang raja.

Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293 dilakukan penobatan Raden Wijaya atau Sanggramawijaya, atau Dyah Wijaya dinobatkan sebagai raja baru, sekaligus raja pertama di Kerajaan Majapahit. Hari itu pun menjadi tanggal kelahiran Kerajaan Majapahit yang baru berdaulat setelah berhasil menggulingkan Kadiri, dan mengusir bangsa Mongol yang menginvasi Jawa.

Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya kemudian memindahkan ibu kota ke Trowulan, yang sekarang merupakan kecamatan di wilayah perbatasan Mojokerto-Jombang, Jawa Timur. Mengapa Raden Wijaya mengambil nama abhiseka Kertarajasa Jayawardhana, dijelaskan dalam prasasti tahun 1305 M bagian II30. Dikatakan bahwa nama beliau terdiri dari beberapa suku kata yang dapat dipecah menjadi empat kata yakni: kerta, rajasa, jaya dan wardhana.

Unsur kerta mengandung arti bahwa Raden Wijaya memperbaiki Pulau Jawa dari kekacauan, yang ditimbulkan oleh penjahat-penjahat dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat sama dengan matahari yang menerangi bumi. Unsur rajasa mengandung arti bahwa Raden Wijaya berjaya mengubah suasana gelap menjadi terang benderang akibat kemenangannya terhadap musuh, dengan kata lain Raden Wijaya adalah penggempur musuh. Unsur jaya mengandung arti bahwa Raden Wijaya mempunyai lambang kemenangan, berupa senjata tombak berujung mata tiga (Trisula muka), karena senjata itu segenap musuh hancur lebur. Sementara, unsur wardhana mengandung arti, bahwa Raden Wijaya menghidupkan agama, melipat gandakan hasil bumi, bagi kesejahteraan rakyatnya.

Raden Wijaya adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit yang bertakhta sejak 1293 hingga 1309 M. Sebelum menjadi petinggi Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya lebih dulu bekerja sebagai panglima perang di Kerajaan Singasari. Ketika Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang, Raden Wijaya harus melakukan perjalanan panjang demi membalaskan dendamnya. Niatan dendam tersebut kemudian dipermudah setelah datangnya pasukan Mongol di Singasari. Lalu, bagaimana cara Raden Wijaya menghadapi kedatangan pasukan Mongol di Kerajaan Singasari?

Cara Raden Wijaya menghadapi kedatangan pasukan Mongol di Singasari adalah dengan bersekutu bersama mereka. Kerajaan Singasari mulai mengalami kejatuhan akibat pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Jayakatwang menyerang Kertanegara karena dihasut untuk membangkitkan Kerajaan Kediri, yang telah dihancurkan oleh Ken Arok, pendiri Singasari pada 1222. Jayakatwang menyerang Kerajaan Singasari sejak bulan Mei hingga Juni 1292. Waktu itu, Raden Wijaya diperintah oleh mertuanya, Raja Kertanegara, yang merupakan pemimpin Kerajaan Singasari untuk menghadapi serangan dari musuh bersama pasukan Singasari.

Akan tetapi, pada akhirnya Kerajaan Singasari runtuh sehingga Raden Wijaya bersama ketiga sahabatnya, yaitu Sora, Nambi, dan Ranggalawe melarikan diri. Mereka kemudian diperbolehkan berlindung di Sumenep oleh Arya Wiraraja. Atas saran serta bantuan dari Arya, Raden Wijaya mengaku ingin mengabdikan diri bekerja bersama Jayakatwang dan diterima. Dia kemudian diberi sebuah wilayah yang bernama Hutan Tarik. Ketika sedang membabat Hutan Tarik untuk dijadikan pedesaan, Raden Wijaya menemukan buah maja yang memiliki rasa sangat pahit. Konon, dari buah inilah lahir nama Majapahit.

Walaupun Raden Wijaya bekerja di bawah Jayakatwang, dia tetap mengingat misi utamanya, yaitu membalas dendam kepada Jayakatwang dan merebut tahtanya. Seakan mendapat kesempatan emas, tibalah pasukan Mongol yang dikirim oleh Kubilai Khan untuk menghukum Kertanegara. Namun, karena Kertanegara sudah wafat, sebanyak 20.000 pasukan Mongol ini kemudian diajak bersekutu oleh Raden Wijaya untuk melawan Jayakatwang.

Raden Wijaya juga mengatakan bahwa apabila mereka berhasil menang, Raden Wijaya bersedia tunduk pada Kubilai Khan. Akan tetapi, Raden Wijaya justru mengkhianati janjinya terhadap Kubilai Khan. Setelah Jayakatwang berhasil disingkirkan, Raden Wijaya justru menyerang pasukan Mongol. Serangan mendadak yang dilakukan Raden Wijaya pun membuat pasukan Mongol kewalahan dan memilih untuk meninggalkan Jawa. Setelah pasukan Mongol pergi, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada 1293 dan mengangkat dirinya sebagai raja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here