Liputanjatim.com – Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan membahas terkait perjuangannya dalam menjaga demokrasi. Pembahasan tersebut muncul dalam Desak Anies yang mendapatkan pertanyaan terkait netralitas dari penyelanggara pemilihan umum Pilpres 2024.
“Komisi Pemilihan Umum semacam wasit dalam permainan ini, nah kalau wasitnya saja kita pertanyakan netralitasnya. Teman-teman banyak yang bilang demokrasi kita dibilang mundur. Gimana tanggapan Mas Anies wasitnya bisa adil? terus kalau gak adil? kenapa Mas Anies masih mau ikut kompetisinya?” tanya salah satu peserta Desak Anies di DBL Arena Surabaya, Jumat (9/2/2024) malam.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjawab dengan perumpamaan “becik ketitik ala ketara” yang artinya tindakan baik akan kelihatan dan tindakan buruk juga akan kelihatan. Ia mencontohkan dengan sistem kerja sebagai driver ojek online. Jika drivernya melanggar kode etik, maka kerja sama antara kedua belah pihak bisa putus dan selesai. Baginya, tetap mengikuti kontestasi pilpres 2024 ini adalah sebagai pembuktian perjuangan dalam menjalankan demokrasi di Indonesia.
“Becik ketitik ala ketara, hari ini tidak bisa disembunyikan dan etika ini penting sekali. Driver ojol kalo melanggar kode etik diputus mitranya, betul tidak ? lah wong driver ojol aja diputus masa yang lebih tinggi dibiarkan. Menurut saya ini yang harus diubah. Jadi kami semua memilih untuk tetap menjalani ini sebagai bagian dari perjuangan kita menjaga demokrasi,” tegas Anies.
Anies mengajak semua partisipan untuk lebih aktif dengan datang ke TPS tanggal 14 Februari. Ia menegaskan untuk menjaga suara pemilu demi menjaga transparansi tanpa adanya kecurangan.
“Jangan jadi partisippan pasif, jadilah partisipan aktif. 14 februari besok datang ke TPS coblos, selesai jangan pulang dulu tapi jam 1 kembali lagi ke TPS awasi penghitungan suara. Pastikan formulir 1 plano harus bisa diakses publik, kalau tidak bisa diakses langsung munculkan di sosmed,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa yang ditakuti oleh pelanggar adalah transparansi yang terbuka. Menurutnya, ini tak boleh dibiarkan, semua dilakukan bukan demi Anies-Muhaimin, tapi untuk perubahan yang adil dan lebih baik lagi.
“Yang paling ditakuti oleh pelanggar adalah transparansi, yang paling ditakuti adalah pengawasan dari publik. Akankah kita biarkan mereka tanpa diawasi? kita jaga sama-sama dan ini bukan menjaga suara Anies, bukan menjaga suara Muahimin. Ini menjaga harapan jutaaan orang yang menginginkan perubahan di republik ini,” pungkasnya.