Liputanjatim.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Bulurejo Kecamatan Benjeng membeludak. Hal ini disebabkan warga desa lain yang turut urun membuang sampah di area tersebut, hingga berakibat pada membeludaknya volume sampah di TPA Bulurejo.
Diketahui, TPA sampah tersebut sudah ada sejak 2018 lalu. Namun, sejak membeludaknya sampah yang lokasinya di pinggir jalan itu, kerap membuat warga resah, bahkan petugas yang setiap pagi mengambil sampah pun turut kerepotan dibuatnya.
Kepala Desa Bulurejo Imam Shofwan pun turut mengeluhkan, dengan adanya warga dari desa luar yang ikutan membuang sampah di TPA desanya.
“Saya pernah menemui langsung, bahwa pembuang sampah itu dari desa luar. Saat itu, saya stand by di dekatnya TPA, mulai habis Maghrib sampai Isya. Dan dari 23 orang yang pembuang sampah, 19 orang berasal dari luar desa Bulurejo,” ungkap Kades Imam Shofwan kepada Liputanjatim.com di kediamannya, Senin (04/07/22).
Sementara itu, Partini (46), warga yang rumahnya dekat dengan lokasi TPA tersebut menyampaikan, bahwa TPA di desa Bulurejo sendiri sebenarnya dikhususkan bagi warga di wilayah Bulurejo. Akan tetapi, masih banyak dari warga desa lain yang ikut membuang sampah di situ.
“Tiap pagi biasanya ada petugas yang ngambil. jam pengambilan pokoknya pagi”. Kata Partini warga Dusun Balongwangon, Desa Bulurejo saat ditemui di rumahnya, pada Jum’at (01/07) lalu.
Partini menuturkan, bau tidak sedap dan sampah yang berceceran sudah menjadi fenomena yang dirasakannya setiap hari.
Tidak hanya itu, lanjut Partini, kesadaran masyarakat terhadap sampah pun dinilai masih rendah.
“Ketika ada petugas yang datang untuk menukar box sampah yang ada isinya dengan yang kosong, pembuang sampah membuang seenaknya sendiri. Tidak dimasukkan ke dalam box kosong, melainkan dibuang di pinggir jalan,” tambah Partini.
Setelah dilakukan penggalian informasi di lapangan benar adanya, bahwa penyumbang sampah di TPA Bulurejo itu tidak hanya dari warga setempat, melainkan juga dari warga desa lain, yaitu dari desa Dermo dan Gluranploso, kecamatan Benjeng.
Senada dengan Partini, Ana (47) dari Desa Dermo sekaligus pemilik warung mengatakan, bahwa bangunan TPA yang lokasinya tepat didepan warungnya tersebut sudah lama tidak dipergunakan (non aktif).
“TPA sini memang tidak dipakai. Karena dekat dengan pemukiman warga, sementara untuk warga desa Dermo ketika membuang sampah, warga membuangnya di desa Bulurejo,” ungkap Ana.
Masih dengan Ana, pihaknya mengakui, bahwa terkait sampah-sampah yang berupa plastik dan kardus, biasanya dijual ke pengepul. Ada koordinator sendiri buat Bank Sampah plastik di tingkat RT.
“Sampah-sampah dari warga sini biasanya dibuang ke TPA Bulurejo. Kalau plastik dikumpulkan untuk dijual ke pengepul,” imbuh Ana.
Mirisnya lagi, untuk TPA yang ada di Desa Gluranploso kini mendadak sudah tidak ada lagi, keberadaanya kini sudah alih fungsi menjadi gudang Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Rudi (40) warga Desa Gluranploso, pedagang di Pujasera yang terletak di baratnya Balai Desa Gluranploso merinci, bahwa dulunya ada TPA yang lokasinya tepat di pojok Pujasera, namun sekarang bangunannya sudah menjadi gudang Gapoktan. Sehingga untuk kurun waktu hingga saat ini bagi warga yang memiliki sampah kering itu dibakar sendiri dan untuk sampah basah langsung dibuang di TPA Bulurejo.
“Sementara untuk TPA di Gluranploso belum ada. Dulunya sempat ada namun sekarang alih fungsi menjadi gudang Gapoktan dan untuk sampah yang bisa dibakar, ya dibakar sendiri. Kalau sampah yang tidak bisa dibakar seperti sayuran, itu saya buang ke TPA Bulurejo,” pungkas Rudi.