Liputanjatim.com – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) memberikan pidato awal 2022 bertajuk ‘Peta Jalan Indonesia Maju’.
Menurut Gus Muhaimin, memasuki tahun 2022 ini, masyarakat harus menyambutnya dengan semangat dan optimis. Tak lain agar cita-cita besar menjadikan Indonesia Maju mampu diwujudkan dengan baik. Meski demikian, dia mengingatkan sikap optimis dan percaya kekuatan sendiri tidak dapat diraih dengan kerja sederhana dan santai, melainkan harus dibarengi dengan kerja keras, berfikir inovatif dan mampu memunculkan terobosan-terobosan baru.
“Meski IMF dan Bank Dunia telah menyatakan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan pulih mendekati keadaan sebelum pandemi, namun kita tetap harus berpikir inovatif dan membuat terobosan baru. Karena, pemulihan dari pandemi bukan hanya pemulihan ekonomi atau naiknya angka-angka PDB,” tutur Gus Muhaimin, Senin (3/1/2022).
Wakil Ketua DPR RI ini menambahkan, Indonesia hanya akan maju jika mampu mengoptimalkan tiga hal sederhana. Pertama, Indonesia hanya maju jika semua setiap individu orang per orang, laki-laki dan perempuan, warga desa atau warga kota, kaya dan miskin, menjadi maju.
“Dengan kata lain, Indonesia harus setara. Indonesia harus mandiri,” terangnya.
Kedua, dia melanjutkan Indonesia hanya maju jika pemerintah dan kebijakan publik mendorong dan menciptakan peluang peluang agar semua warga dan orang muda menjadi maju. Ini artinya setiap kebijakan pemerintah harus inklusif, mengayomi dan merata.
“Ketiga, Indonesia hanya maju apabila masa depan Indonesia dijaga dan diamankan. Artinya lingkungan hidup tempat kita menyerap udara bersih dan air bersih aman dan terjaga dan terlindungi. Dengan singkat Indonesia Hijau, Indonesia Lestari, Indonesia Berkelanjutan,” tegasnya.
Di sisi yang lain, dia juga mendorong Indonesia untuk mempelajari pengalaman dan kemampuan sejumlah negara di dunia yang mampu menjadi Negara Maju. Menurutnya, ada tiga pembelajaran yang dapat diartikulasikan bagi Indonesia.
Pembelajaran pertama, negara dan seluruh kebijakan-lembaga perlu semakin inklusif bermanfaat dan memajukan semua warga, perbudakan dihapuskan, perempuan bebas memilih dan terlibat politik, serta para petani dan nelayan didukung oleh subsidi dan sarana infrastruktur memadai.
Selain itu, orang muda diberi kesempatan penuh untuk mengecap pendidikan, bekerja meraih skill tinggi dan meraih konsep hidup baik mereka. Sistem Pajak juga dilaksanakan untuk mendanai pendidikan, belanja pegawai dan jaminan sosial kesehatan dan pensiun, dan jaminan sosial dibuka dan melayani semua warga.
“Dukungan dana disediakan untuk riset-riset dan pengembangan teknologi, kota-kota di tata dan sistem pendidikan publik dibentuk didanai oleh negara. Taman taman publik diadakan. Dan Lansia dimuliakan dengan berbagai layanan, program dan program perlindungan,” ungkap Gus Muhaimin.
Pembelajaran kedua, kata Gus Muhaimin, negara dan kebijakan publik perlu terus menerus mendukung dan melakukan investasi, menguasai modal ilmiah serta teknologi agar nilai tambah dan manfaat dinikmati warga.
Negara juga harus mampu membuat masyarakat Indonesia mandiri, berusia panjang dan menolong dirinya.
Gus Muhaimin mencontohkan Korea Selatan yang saat ini mampu menjadi produsen baja terbesar dunia meski tidak memiliki bijih besi dan impor dari Indonesia.
Lalu Belgia, negara kecil di Eropa menonjol sebagai produsen cokelat terkemuka dunia, meski kakaonya mengimpor dari berbagai negara termasuk Indonesia.
Ada pula Swiss yang disebut Gus Muhaimin sebagai negara legendaris produsen kopi dunia sekaligus penentu harga kopi dunia. Padahal Swiss tidak memiliki kebun kopi, justru kebun kopinya ada di Indonesia.
“Selama ini, kita kurang mengembangkan teknolog dan modal ilmiah sehingga nilai tambah produk produk pertanian kita diambil orang lain. Jika kita memiliki modal ilmiah dan teknologi, maka Indonesia kita bisa produksi obat obatan sendiri, produksi vaksin dan alat alat kesehatan sendiri,” terangnya.
Pembelajaran ketiga, Gus Muhaimin mendorong Indonesia untuk terus menerus memperkuat kapasitas fiskal. Dia menilai keberlanjutan sebuah negara bangsa ditentukan oleh kapasitas fiskal.
“Jangan sampai Indonesia menjadi raksasa baik hati tetapi berkaki pincang. Nation building tidak mungkin dijalankan tanpa kapasitas fiskal memadai, dan SDM unggul di seluruh NKRI tidak mungkin dapat didanai tanpa kapasitas fiskal memadai,” tandasnya.