Liputanjatim.com – Tim BPCB Jatim yang melakukan proses eskavasi tahap kedua pada Situs Candi Gedog telah rampung. Dari proses eskavasi tersebut, tim BPCB Jatim menemukan beberapa fakta yang mengungkap situs yang terkubur tersebut.
Arkeolog BPCB Jatim, Nugroho Arjo Lukito mengatakan, melihat dari stratigrafinya ada beberapa lapisan material yang memendam bangunan situs Candi Gedog. Pada bagian bawah, tim menemukan lapisan vulkanis yang dugaan awal berasal dari longsoran erupsi Gunung Kelud pada masa lalu.
“Berdasarkan temuan lapisan reruntuhan baru bagian atas, kami memperkirakan ada upaya pengurukan bangunan candi. Lapisan reruntuhan baru bagian atas itu ditemukan di sisi selatan bangunan,” kata Nugroho kepada wartawan, Sabtu (17/10/2020).
(Baca Juga: https://www.liputanjatim.com/saatnya-gubernur-tata-ulang-jajaran-direksi-bumd-jatim-jangan-ada-titipan/)
Dari hasil temuan tim, lanjut Nugroho, tim menyimpulkan ada dua penyebab yang membuat bangunan candi terpendam. Pertama karena faktor alam dan kedua faktor manusia pada masa lalu.
“Kalau alam, lapisannya tidak setinggi bangunan. Karena lapisan yang kami temukan tidak begitu tebal. Kemudian ada upaya pengurukan juga, pada sisi selatan. Ada lapisan bata baru sangat padat yang menguruk bagian candi,” jelas Nugroho.
Lebih lanjut Nugroho menjelaskan, pada saat penggalian tim mendapati sebuah rongga membentuk lengkungan seperti terowongan dari bagian atas bangunan. Setelah melakukan serangkaian penelitian, ada jejak pengrusakan pada rongga seperti terowongan pada bangunan.
Namun begitu, Nugroho masih belum bisa memastikan pada era apa perusakan itu terjadi. Namun dari temuan-temuan situs lainnya, adanya upaya perusakan dan penjarahan situs cagar budaya terjadi sejak awal abad 20.
“Itu ketika orang Indonesia diajak Belanda untuk melakukan pemugaran. Mereka mulai mengerti pada sebuah bangunan candi, ada bekal pendeman atau cok bakal yang isinya salah satunya ada emas,” bebernya.
Berkenaan dengan emas yang tersimpan pada bangunan candi biasanya kecil dan tipis berbentuk binatang penyu sebagai lambang mikro cosmos. Ada juga terdapat batu mulai seperti topaz pada bangunan candi. Emas dan batu mulia itu biasanya tersimpan pada bagian sudut dan tengah bangunan candi.
Dari beberapa temuan, Nugroho berasumsi bahwa situs Candi Gedog bisa berupa candi yang berdekatan dengan petirtaan. Proses eskavasi tahap kedua juga menemukan fragmen arca bagian sandaran atau stela dan siras cakra. Melihat dari pahatannya yang sangat halus dan rapi, perkiraan usia Candi Gedog lebih tua dari masa Kerajaan Majapahit.
“Mungkin dalam konteks itu mereka melakukan perusakan pada sudut tertentu yang yakini sebagai tempat menyimpan emas dan batu mulia pada bangunan candi. Biasanya bagian tengah dan sudut pojok luar. Kalau struktur bangunan petirtaan, biasanya bagian tengah,” pungkasnya.