Liputanjatim.com – Pilpres semakin dekat, para Kiai dan Bu Nyai tak pernah putus asa untuk mengkampanyekan Capres-cawapres nomor urut 1 Anies-Muhaimin. Nyai Djuwairiyah yang hadir dalam acara Laskar Santri ini terus menggaungkan perubahan untuk Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Islam. Ia mengajak semua yang hadir untuk memilih AMIN.
“Kita tidak punya kepentingan, selain kepentingan Indonesia, NU, dan Islam, tidak ada kepentingan lain. Maka mohon Bapak Ibu yang hadir Pak Kiai semua hanya waktu 25 hari lagi kita harus mengajak memilih AMIN,” ujar Nyai Djuwairiyah pada acara Laskar Santri di PP. Miftahul Ulum Ds. Kampung Baru Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk, Jumat (19/1/2024).
Nyai Djuwairiyah yang merupakan Pengasuh Pondok Salafiyah Syafi’iyah Kabupaten Situbondo ini mengajak para santri untuk memilih yang terbaik bagi masyarakat. Khususnya memilih Capres-cawapres yang paham tentang pesantren untuk perkembangannya yang lebih maju.
“Pondok akan jaya, pondok akan hebat ketika pemimpinnya tau tentang pesantren, tidak akan pernah tau pesantren kalau bukan orang pesantren sendiri,” tambahannya.
Menurutnya, NU saat ini belum dapat bersatu karena adanya keberpihakan terhadap calon yang lain untuk kepentingan golongannya. Tidak memikirkan Indonesia kedepan apalagi perjuangan para ulama yang membesarkan nama NU ini.
“Nasib NU sampai saat ini belum bisa satu haluan, satu keinginan, satu tujuan. Hanya sekarang berfikir untuk dirinya, hanya berfikir untuk golongannya, tidak berfikir untuk Indonesia dan perjuangannya Muasis-muasis NU,” tambahannya.
Tak hanya itu, ia juga membahas terkait polemik pilpres pada tahun ini. Menurutnya, hari ini banyak ujian bagi NU karena kepentingan masing-masing individu. Jika NU dapat bersatu, maka tidak hanya menjadi Wakil Presiden tapi juga dapat mencalonkan sebagai Presiden Indonesia.
“Nah ujian kita hari ini adalah NU kita, NU kita pecah, sehingga kekuatan NU tidak besar. Andaikan NU tidak pecah, kita tidak cuma Wakil Presiden tapi bisa jadi calon Presiden,” jelasnya.
Kepentingan masing-masing dari Warga Nahdlatul Ulama ini, Gus Salam memberi arahan bahwa memilih yang terbaik adalah sebuah perjuangan. Bukan karena mendapat imbalan untuk dirinya sendiri, tapi demi Indoneisa dan ajaran Nahdlatul Ulama.
“Politik bagi mbah-mbah yai itu perjuangan, bagi santri juga perjuangan, bukan untuk mencari dapat apa itu. Kita benar-benar untuk perjuangan dan mengembangkan Ahlusunnah Waljama’ah,” pungkasnya.